3 Maret lalu merupakan hari dimana kebodohan, kegilaan dan momen tak terlupakan terjadi. Hari itu adalah hari Minggu yang bertepata dengan hari ulang tahun sahabatku, Nadya. Aku dan kedua sahabatku lainnya yaitu Rosti dan Putri berniat memberi kejutan pada Nadya di hari ulang tahunnya yang ke-16 tersebut.
Tepat satu minggu sebelu hari itu, Aku, Nadya dan Rosyi bersama-sama menonton perlombaan dance di salah satu SMA Negeri di kotaku. Di hari itu Nadya marah pada Rosyi karena beberapa sebab ataupun bisa dibilang kesalahpahaman.Mungkin itu buruk tapi isa menjadi bumerang untuknya di hari ulang tahunnya. Maka, Rosyi yang kebetulan satu sekolah dengannya akan memutar baik keadaan sehingga Nadya akan merasa jengkel, kesal dan bersalah pada Rosyi selama satu minggu penuh.
Tanggal 3 Maret pun datang, Nadya pergi kerumah Putri untuk melakukan wawancara tugas sekolahnya. Sedangkan Aku dan Rosyi bertemu di pos dekat rumah Putri tepat setelah Nadya memasuki gerbang rumah Putri. Kami berdua pun pergi ke beberapa toko untuk membeli balon dan lilin. Awalnya kami akan membeli convetti namun dibatalkan karenatidak diizinkan oleh tuan rumah. Setelah selesai, kamipun pergi ke rumah Putri. Sesuai rencana yang kami sepakati, Putri akan membawa Nadya ke halaman blakang rumahnya sehingga Aku dan Rosyi dapat mempersiapkan semuanya di halaman depan rumah Putri. Saat kami sampai, kebetulan Ayah Putri akan ke masjid sehingga bersamaan dibukanya pintu gerbang depan. Setelah memberi salam pada Ayah Putri kami masuk dan bersiap untuk semua di teras depan.
Diluar rencana, tiba-tiba Putri keluar rumah membawa kue ulang tahun dimana seharusnya dia keluar ketika Aku dan Rosyi sudah menyiapkan baon, lilin dsb. "Lho, put? Kamu ngapain keluar? Aku belum siap-siap. Nadya mana?" tanyaku. "Itu diruang tamu, katanya dia takut lhoo" jawabnya polos dengan senyum kecil, sepertinya terjadi sedikit kesalahpahaman disini. "Lah? Lalu buat apa kamu bawa kuenya keluar? Bukannya kamu harusnnya di halaman belakang? Berati Nadya udah tau tahu kita disini?" Tanya Rosyi tiba-tiba. "Sudah dari tadi, saat kamu datang membawa motormu." kata Putri. Aku dan Rosyi langsung terdiam, bertatapan, kesal dan kecewa namum tidak bisa marah juga geli sendiri akan kebodohan dan kesalahpahaman ini. Pecahlah tawa kita sedangkan Nadya ketakutan di dalam. Aku memang tidak pernah bisa marah dengan sahabatku yang satu ini.
Akhirnya dengan kesal dan penuh paksaan juga tawa kami berdua menyuruh Putri masuk lagi dan meminta mereka untuk berakting dan pura-pura tidak tahu selagi aku dan Rosyi mempersiapkan semuanya. Kami memulai dengan meniup balon, ada 2 jenis balon yang yang kami beli yaitu balon biasa dan balon panjang yang biasa dibentuk. Tanpa pengetahuan yang luas, kami pun meniup balon panjang itu dengan sekuat tenaga.Setelah sekitar 10 menit mencoba, namun ini semua berakhir tanpa hasil. Sepertinya kita membutuhkan pompa untuk yang satu ini, karena kamitidak bisa meniupnya walau sedikit, mengembang saja tidak. Aku mencoba mengisinya dengan air namun tetap tidak bisa. Ujung balonnya sobek saat aku hendak memasukkannya ke kran air.
Kami pun menyerah dan memutuskan untuk menggunakan balon yang biasa saja. Setelah berhasil meniup beberapa balon kami mengumpulannya di sudut teras dekat mobil dan meniup yang lain. Selagi kami duduk di sudut teras, angin menerbangkan sebagian balon yang sudah kami tiup. Kami panik, Rosyi langsung mengambil balon yang berterbangan agak jauh, sedangkan Aku mangembil beberapa balon yang tertiup ke bawah mobil. Balonnya berada di sudut lain teras tetapi di bawah mobil, sehingga sangat sulit dijangkau. Aku menjulurkan kakiku dan tanganku berusaha mengambil dua balon yang ada di bawah mobil, namun tidak berhasil. Akhirnya Aku memasukkan kepala sampai badanku ke bawah mobil bak seorang montir dan merayap sedikit demi sedikit ke arah balon. Rosyi tertawa terbahak-bahak melihatku menggeliat perlahan-lahan di bawah mobil, dia memanggil Putri untuk menyaksikan apa yang kulakukan. Namun Aku telah berhasil keuar dengan balon yang menyangkut tasi sebelum Putri melihatnya. Dia pun masuk kembali.
Balon siap. Sekarang kami menata lilin di meja yang berada di teras. Lilin yang kami gunakakn adalah liin besar yang biasa digunakan saat mati lampu. Kami mencoba menyalakan lilin itu tapi angin terlalu besar sehingga tak satupun lilin yang berhasil kami nyalakan. Kami memutuskan untuk menggunakan satu lilin saja dan bersiap untuk masuk ke rumah Putri. Dengan balon di tangan kiriku dan korek api di tangan kananku, juga balon di tangan kanan Rosyi dan lilin di tangan kirinya. Kami mencoba menyalakan lilin dan melindunginya dengan badan kami yang merapat ke pintu agar tidak tertiup angin. Lilin akhirnya menyala, Rosyi berusaha menjaga agar lilin tetap menyala dengan mendekatkan tangan kanannya ke lilin. "DOOOOORRRR!!!!!!"salah satu balon yang dipegang Rosyi pecah dan lilinnya mati. Kami kaget sampai jatuh terduduk dan tertawa terbahak-bahak karena kebodohan kami sendiri. Kami pun frustasi dan masuk hanya membawa balon dan jarum pentul untuk memecahkan balon.
Di ruang tamu itu, kami bertiga menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan suara sumbang kami, juga memecahkan balon dengan jarum agar lebih meriah, lengkap dengan kue ulang tahun berupa cupcake bergambar wajah anggota One Direction. Namun Nadya masih sibuk dengan handphone barunya. Karena kami lupa merekam momen ini, kami mengulanginya. Tapi sebelumnya kami menyalakan lilin lagi di atas kotak bekas cupcake, tapi kali ini di dalam ruangan sehingga tidak akan ada angin yang mengganggu. Rosyi merekam menggunakan kameranya, Putri merekam menggunakan handphone baru Nadya, sedangkan aku membawa lilin dan kadonya. Akhirnya Nadya membuat permintaan, meniup lilin dan membuka kado. Selanjutnya cupcake yang seharusnya untuk Nadya, kita bagi berempat. Hari itu merupakan momen terindah, bodoh tapi tak terlupakan karena di hari itu kami kembali rujuk dari amarah yang semakin mempersatukan pertemanan kami. Hari itu kami bernyanyi, menari, dan melakukan hal gila bersama. Hari dimana kita lupa akan semua masalah kami dan merupakan hal yang tak akan kulupakan.
Tepat satu minggu sebelu hari itu, Aku, Nadya dan Rosyi bersama-sama menonton perlombaan dance di salah satu SMA Negeri di kotaku. Di hari itu Nadya marah pada Rosyi karena beberapa sebab ataupun bisa dibilang kesalahpahaman.Mungkin itu buruk tapi isa menjadi bumerang untuknya di hari ulang tahunnya. Maka, Rosyi yang kebetulan satu sekolah dengannya akan memutar baik keadaan sehingga Nadya akan merasa jengkel, kesal dan bersalah pada Rosyi selama satu minggu penuh.
Tanggal 3 Maret pun datang, Nadya pergi kerumah Putri untuk melakukan wawancara tugas sekolahnya. Sedangkan Aku dan Rosyi bertemu di pos dekat rumah Putri tepat setelah Nadya memasuki gerbang rumah Putri. Kami berdua pun pergi ke beberapa toko untuk membeli balon dan lilin. Awalnya kami akan membeli convetti namun dibatalkan karenatidak diizinkan oleh tuan rumah. Setelah selesai, kamipun pergi ke rumah Putri. Sesuai rencana yang kami sepakati, Putri akan membawa Nadya ke halaman blakang rumahnya sehingga Aku dan Rosyi dapat mempersiapkan semuanya di halaman depan rumah Putri. Saat kami sampai, kebetulan Ayah Putri akan ke masjid sehingga bersamaan dibukanya pintu gerbang depan. Setelah memberi salam pada Ayah Putri kami masuk dan bersiap untuk semua di teras depan.
Diluar rencana, tiba-tiba Putri keluar rumah membawa kue ulang tahun dimana seharusnya dia keluar ketika Aku dan Rosyi sudah menyiapkan baon, lilin dsb. "Lho, put? Kamu ngapain keluar? Aku belum siap-siap. Nadya mana?" tanyaku. "Itu diruang tamu, katanya dia takut lhoo" jawabnya polos dengan senyum kecil, sepertinya terjadi sedikit kesalahpahaman disini. "Lah? Lalu buat apa kamu bawa kuenya keluar? Bukannya kamu harusnnya di halaman belakang? Berati Nadya udah tau tahu kita disini?" Tanya Rosyi tiba-tiba. "Sudah dari tadi, saat kamu datang membawa motormu." kata Putri. Aku dan Rosyi langsung terdiam, bertatapan, kesal dan kecewa namum tidak bisa marah juga geli sendiri akan kebodohan dan kesalahpahaman ini. Pecahlah tawa kita sedangkan Nadya ketakutan di dalam. Aku memang tidak pernah bisa marah dengan sahabatku yang satu ini.
Akhirnya dengan kesal dan penuh paksaan juga tawa kami berdua menyuruh Putri masuk lagi dan meminta mereka untuk berakting dan pura-pura tidak tahu selagi aku dan Rosyi mempersiapkan semuanya. Kami memulai dengan meniup balon, ada 2 jenis balon yang yang kami beli yaitu balon biasa dan balon panjang yang biasa dibentuk. Tanpa pengetahuan yang luas, kami pun meniup balon panjang itu dengan sekuat tenaga.Setelah sekitar 10 menit mencoba, namun ini semua berakhir tanpa hasil. Sepertinya kita membutuhkan pompa untuk yang satu ini, karena kamitidak bisa meniupnya walau sedikit, mengembang saja tidak. Aku mencoba mengisinya dengan air namun tetap tidak bisa. Ujung balonnya sobek saat aku hendak memasukkannya ke kran air.
Kami pun menyerah dan memutuskan untuk menggunakan balon yang biasa saja. Setelah berhasil meniup beberapa balon kami mengumpulannya di sudut teras dekat mobil dan meniup yang lain. Selagi kami duduk di sudut teras, angin menerbangkan sebagian balon yang sudah kami tiup. Kami panik, Rosyi langsung mengambil balon yang berterbangan agak jauh, sedangkan Aku mangembil beberapa balon yang tertiup ke bawah mobil. Balonnya berada di sudut lain teras tetapi di bawah mobil, sehingga sangat sulit dijangkau. Aku menjulurkan kakiku dan tanganku berusaha mengambil dua balon yang ada di bawah mobil, namun tidak berhasil. Akhirnya Aku memasukkan kepala sampai badanku ke bawah mobil bak seorang montir dan merayap sedikit demi sedikit ke arah balon. Rosyi tertawa terbahak-bahak melihatku menggeliat perlahan-lahan di bawah mobil, dia memanggil Putri untuk menyaksikan apa yang kulakukan. Namun Aku telah berhasil keuar dengan balon yang menyangkut tasi sebelum Putri melihatnya. Dia pun masuk kembali.
Balon siap. Sekarang kami menata lilin di meja yang berada di teras. Lilin yang kami gunakakn adalah liin besar yang biasa digunakan saat mati lampu. Kami mencoba menyalakan lilin itu tapi angin terlalu besar sehingga tak satupun lilin yang berhasil kami nyalakan. Kami memutuskan untuk menggunakan satu lilin saja dan bersiap untuk masuk ke rumah Putri. Dengan balon di tangan kiriku dan korek api di tangan kananku, juga balon di tangan kanan Rosyi dan lilin di tangan kirinya. Kami mencoba menyalakan lilin dan melindunginya dengan badan kami yang merapat ke pintu agar tidak tertiup angin. Lilin akhirnya menyala, Rosyi berusaha menjaga agar lilin tetap menyala dengan mendekatkan tangan kanannya ke lilin. "DOOOOORRRR!!!!!!"salah satu balon yang dipegang Rosyi pecah dan lilinnya mati. Kami kaget sampai jatuh terduduk dan tertawa terbahak-bahak karena kebodohan kami sendiri. Kami pun frustasi dan masuk hanya membawa balon dan jarum pentul untuk memecahkan balon.
Di ruang tamu itu, kami bertiga menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan suara sumbang kami, juga memecahkan balon dengan jarum agar lebih meriah, lengkap dengan kue ulang tahun berupa cupcake bergambar wajah anggota One Direction. Namun Nadya masih sibuk dengan handphone barunya. Karena kami lupa merekam momen ini, kami mengulanginya. Tapi sebelumnya kami menyalakan lilin lagi di atas kotak bekas cupcake, tapi kali ini di dalam ruangan sehingga tidak akan ada angin yang mengganggu. Rosyi merekam menggunakan kameranya, Putri merekam menggunakan handphone baru Nadya, sedangkan aku membawa lilin dan kadonya. Akhirnya Nadya membuat permintaan, meniup lilin dan membuka kado. Selanjutnya cupcake yang seharusnya untuk Nadya, kita bagi berempat. Hari itu merupakan momen terindah, bodoh tapi tak terlupakan karena di hari itu kami kembali rujuk dari amarah yang semakin mempersatukan pertemanan kami. Hari itu kami bernyanyi, menari, dan melakukan hal gila bersama. Hari dimana kita lupa akan semua masalah kami dan merupakan hal yang tak akan kulupakan.
No comments:
Post a Comment